INDONESIA HARUS BANGKIT DARI ANCAMAN RESESI GLOBAL

1,086

Patrolicia.com/jakarta

Semua negara saat ini sedang dihantam badai pandemi covid-19. Akibatnya, pada saat awal kemunculan pandemi ini semua negara sibuk memikirkan soal kesehatan, namun masalah covid-19 hingga sekarang belum juga selesai, karena vaksinnya memang belum ditemukan.

Belum selesai memikirkan soal ribuan nyawa yang melayang akibat pandemi, kini banyak negara dipusingkan dengan memikirkan ancaman resesi ekonomi global. Ancaman resesi ini juga tak kalah menakutkan, karena manusia bisa saja mati secara perlahan lantaran semakin banyaknya jumlah kemiskinan dan pengangguran.

Di Indonesia, tahun 2020 ini pertumbuhan produk domestik bruto (PBD) diprediksi minus diangka 0,4 hingga 1 persen. Potensi kenaikan pengangguran mencapai 5,23 juta orang, dan potensi kenaikan kemiskinan 5,71 juta orang. Gila ini kalau terus dibiarkan bisa ambruk negara ini.

Melihat data tersebut, tentu membuat kita jadi cemas dan was-was. Mau tidak mau, pemerintah dan dewan perwakilan rakyat (DPR RI) harus lebih serius untuk mencari solusi, agar 267 juta rakyat Indonesia tidak menjadi korban akibat keganasan dari pandemi covid-19.

Namun demikian, kita masih patut bersyukur, karena pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif masih lebih baik jika dibandingkan dengan banyak negara lain seperti; Malaysia, Thailand, China, Jepang, Jerman, Inggris dan Singapura.

Nah, yang menjadi masalah ke depan apakah Indonesia mampu mempersiapkan lapangan kerja bagi jutaan pengangguran yang saat ini jumlahnya terus bertambah?

Perlu ada trobosan dan stimulus kebijakan ekonomi yang tepat. Terutama dalam hal ini adalah, bagaimana agar para pemilik modal mau menginvestasikan dananya di Indonesia. Jangan sampai para pemilik modal atau investor, baik yang dari dalam maupun dari luar justru menanamkan dananya ke negara lain, misal ke Vietnam.

Beberapa hari yang lalu Presiden Jokowi telah berkunjung ke Batang, Jawa Tengah. Presiden meninjau lahan yang siap untuk dijadikan calon relokasi perusahaan baru yang hengkang dari negeri Tirai Bambu.

Ada 7 perusahaan yang telah siap pindah dari China ke Jawa Tengah, sedangkan 17 perusahaan lagi akan menyusul. Tentu jika ini bisa benar-benar terealisasi, maka akan ada ratusan ribu calon tenaga baru yang terserap.

Kita tahu, selama ini banyak investor kabur ke negara lain seperti Vietnam, karena aturan di negara kita dianggap terlalu ribet dan ruwet. Belum lagi sering ada demo berjilid-jilid sehingga dianggap kurang aman dan kondusif.

Kedepannya kita tentu sangat berharap agar penyederhanaan regulasi yang tumpang tindih bisa segera terealisasi lewat RUU Cipta Kerja. Dengan adanya pemangkasan regulasi yang tumpang tindih, tentu ini bisa menjadi ‘pelumas’ bagi keberlangsungan iklim investasi dan penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.

Indonesia harus bangkit dari ancaman resesi global.

Sudah saatnya pelaku UMKM juga diberikan dukungan melalui RUU Cipta kerja untuk diberikan kemudahan dalam perizinan. Jujur saja selama ini UMKM kurang mendapat perhatian, padahal sektor UMKM ini adalah pondasi ekonomi nasional.

Ancaman pengangguran dan kemiskinan telah membayangi ekonomi Indonesia sampai sekarang. Harus ada langkah-langkah extra ordinary dan sense of crisis dari pemangku kebijakan. Jangan merasa seperti sedang dalam situasi biasa-biasa saja yang akhirnya rakyat menjadi korbannya.

(Yusuf Muhammad)