PSSI NTT harus Dibangun dengan Paradigma Peradaban Baru Pengurus Asprov PSSI Nusa Tenggara Timur bersama Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat.

37

 

Patrolicia com/provinsi NTT         
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menyatakan, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Provinsi Nusa Tenggara Timur, harus dibangun dengan paradigma baru, karena semua institusi bahkan manusia itu sendiri sedang menuju ke peradaban yang inklusif. karena inklusif mengidentifikasikan sebagai manusia maupun institusi yang memiliki sikap terbuka, humanis, toleran, mau menerima orang lain dan bebas dari kekerasan. Maka manusia inklusif pada gilirannya menjadi manusia yang kehadirannya senantiasa berguna bagi manusia yang lain.

 

Demikian pernyataan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat, di ruang kerja, Senin (7/2/2022) saat menerima rombongan pengurus Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI NTT periode 2022-2026 yang dipimpin Christian Mboeik. Ketua Asprov PSSI NTT, Christian Mboeik yang didampingi seluruh pengurus Asprov PSSI NTT melaporkan perihal persiapan dan rencana pelantikan Asprov PSSI NTT yang direncanakan digelar Selasa (8/2/2022) di aula El Tari Kupang.

Setelah mendengar seluruh laporan dan kebutuhan yang diperlukan Asprov PSSI NTT, Gubernur VBL menyebutkan, Asprov PSSI NTT harus tampil beda dengan organisasi olahraga yang lain agar kinerja perubahan dan pembaharuan paradigma olahraga sepakbola di Nusa Tenggara Timur sebagai media persemaian paradigma peradaban yang tinggi.

Peradaban tinggi yang dimaksudkan disini agar sepak bola dijadikan media untuk menguji keterampilan sepakbola dengan itu sebagai pantulan dari cara berpikir dan cara berbudaya manusia. Sepak Bola haruslah menampilkan seni bermain bola, karena dengan seni bermain bola para pemain menampilkan kebudayaan bermain bola dengan peradaban yang tinggi.

“Jangan sepak bola sebagai ajang tarung fisik, tarung berkelahi atau tarung permusuhan. Tetapi tanding sepakbola adalah tanding kematangan peradaban para pemain dan pelatihnya. Saya ingin menyaksikan permainan sepak bola dengan kultur dan peradaban yang tinggi karena penampilan bermain bola yang indah dan seni,” ujar Gubernur VBL.

Gubernur VBL , bermimpi agar kedepannya bukan organisasi PSSI yang dikenal luas atau para pengurus PSSI yang dikenal luas oleh masyarakat, tetapi yang dikenal luas adalah para pemain sepak bola Nusa Tenggara Timur yang direkrut secara objektif profesional oleh Asprov PSSI NTT. “Itu baru keren”.

Menurut Gubernur Viktor, dirinya mengenal banyak sekali jenis olahraga dan organisasi olahraga di level nasional maupun internasional. Disebutkan antara lain, organisasi dan pengurus sepak bola Barca di Barcelona dan Valencia di Spanyol, adalah teman-teman dekat. “Pengurus dan pemilik Valencia itukan tinggal di Singapura. Dia salah satu orang sangat kaya di Singapura. Kita biasa ajak diskusi dengan mereka dalam konteks sebagai sahabat pencinta sepak bola,” ujar Gubernur yang memiliki jaringan sangat luas ini.

Pada kesempatan itu ditegaskan berulang kali bahwa hendaknya Asprov NTT mendorong maksimal seluruh para pemain di berbagai pelosok Nusa Tenggara Timur. Mereka diajak dan didorong untuk meningkatkan kapasitas dan ilmu bermain bola, agar mereka sanggup mengeksplorasi seluruh kemampuan individualnya dalam satu formasi tim yang serasi.

Menurut Gubernur Viktor, penampilan para pemain sepak bola yang kian bermutu tinggi serentak menampilkan mutu organisasi PSSI. Karena itu, yang pertama terkenal itu adalah pemain sepak bolanya bukan organisasi yang mengurus sepak bola. Pada gilirannya, PSSI tampil sebagai institusi peradaban karena peradaban para pemain bola telah dibentuk berkat pembinaan dan pengorganisasian sepak bola di Nusa Tenggara Timur.

Sepak bola tidak hanya dimengerti sebagai sebuah cabang olahraga fisik dalam organisasi tim, tetapi sepakbola juga sebagai panggung peradaban manusianya, arena peradaban provinsi, dan gambaran peradaban negara. Di dalam olahraga setiap manusia hendak mengekspresikan atau mengaktualisasikan dirinya sendiri sembari memantulkan peradaban diri manusia. Karena itu hindarilah budaya kekerasan di dalam arena sepak bola.

“Jangan baru main lima belas menit, lalu diikuti baku pukul hanya karena yang disepak bukan lagi bola, melainkan kaki orang, lalu berkelahi. Dan, kemudian berkelahi tidak lagi hanya antar para pemain, malah meluas menjadi perkelahian antar penonton dan suporter. Ini memperlihatkan peradaban sepak bola kita masih rendah,” ujar VBL.

Selain itu, diingatkannya, rakyat Nusa Tenggara Timur butuh hiburan. Karena itu sepak bola itu adalah media yang sangat bagus untuk menghibur rakyat, sebab sepak bola mempertontonkan betapa indahnya bermain bola, betapa cerdasnya para pemain sepak bola.

Menurut Gubernur VBL, dalam setiap pertandingan, antara lain pertandingan sepak bola, selalu akan membuahkan hasil kalah menang. Kalah menang adalah risiko yang pasti mungkin terjadi, sehingga setiap pemain haruslah berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan pertandingan.

Demi memenangkan pertandingan, maka para pemain haruslah bermain sungguh-sungguh. Tetapi, bermain sungguh-sungguh tidaklah sama dengan permainan yang dipersungguh. Permainan yang dipersungguh biasanya akan kehilangan seni bermain dari permainan itu sendiri. Seolah-olah permainan itu adalah akhir dari semua perjalanan peradaban bersepak bola. Semua jenis permainan yang dipersungguh, biasanya menghasilkan pertarungan buruk dan pasti menampilkan permainan yang tidak indah.

“Kalah itu memang sakit, tetapi tidak menerima kekalahan itu pasti jauh lebih sakit. Itulah tanda para pemain menjadikan bermain sebagai permainan yang dipersungguh,” tandas Gub VBL. Maka arena sepak bola harus menjadi panggung contoh yang baik untuk melihat dan mencermati peradaban para pemain dan seluruh mereka yang terlibat dalam pertandingan.

Terkait lapangan sepak bola, Ketua Asprov PSSI NTT, Christian Mboeik, mengatakan, lapangan sepak bola memang tersedia di hampir semua kabupaten di Nusa Tenggara Timur. Tetapi kualitas lapangan masih belum memadai. Karena itu selama kepengurusannya 4 tahun ke depan, dia akan fokus mengurus selain konsolidasi organisasi, tetapi juga pembinaan sepakbola dan pembenahan lapangan harus juga dilakukan agar para calon pemain sepakbola dapat melakukan latihan dan pertandingan sesuai standar-strandar minimal.

Nampak hadir pada pertemuan tersebut Kepala Dinas Pemuda dan Olaraga NTT, Hildagadris Bria Seran, Staf Khusus Gubernur Bidang Politik, Demokrasi dan Pemerintahan, Imanuel Blegur, dan Pius Rengka selaku Staf Khusus Gubernur Bidang Komunikasi Publik.
Demikian siaran pers ini dibuat untuk dipublikasikan