TTS, Patrolicia com/provinsi NTT- Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) dinilai menyengsarakan Warga Besipae, Desa Mio Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan hanya membangun rumah berukuran 4×5 M, layaknya membangun kandang kambing. Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT, Emi Nomleni hanya melihat saja ulah Gubernur dan diam.
Demikian kritik pedas disampaikan Ketua Araksi, Alfred Baun dalam jumpa pers di Besipae, Amanuban Selatan Kabupaten TTS pada Jumat (11/06/2021).
“Rumah warga (warga Besipae desa Mio) pada awalnya layak huni, tetapi Pemerintah Provinsi NTT gusur. Kemudian membangun rumah rumah dengan ukuran 4×5 M tanpa kamar tidur. Rumah tanpa kamar dan jendela ini bagaimana keluarga bisa tidur malam bersama keluarga? Lalu coba Ketua DPRD Ibu Emi (Emi Nomleni, red) ju (juga) Datang lihat dulu, jangan hanya ‘pikul tais’ dan mengekor di belakang Gubernur, datang untuk lihat orang tua dong model begini, terlalu kasian,” jelasnya.
Menurut Alfred Baun, dulu masyarakat Besipae menangis dan menjerit kepada Gubernur NTT, VBL karena rumah mereka digusur. Lalu Gubernur VBL berjanji, “Tenang, saya akan membuat hidup kamu lebih baik lagi dari yang sekarang. Saya bikin ini (gusur rumah warga dan bangun rumah 4×5 M, red) untuk kamu baik. Tapi itu bahasa apa? Bahasa untuk membuat mereka (warga Besipae) menjadi tenang, buat mereka untuk diam, ” ungkap Alfred.
Ketua Araksi itu pun menilai program Gubernur VBL gagal total, karena membangun rumah warga saja tidak menunjukkan masyarakat bangkit dan sejahtera, tetapi lebih memiskinkan masyarakat.
“Sampai rakyat digusur, maka sesungguhnya negara hadir untuk apa? Dulu banyak yang bilang gubernur VBL datang untuk membawa perubahan bagi masyarakat NTT. Mana buktinya pembangunan yang konkret dan menunjukkan masyarakat bangkit dan sejahtera? Bangkit saja tidak, apa lagi sejahtera!” kritiknya lagi.
Lebih lanjut, Alfred Baun mengingatkan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat untuk tidak menghamburkan uang di untuk sesuatu yang hampa di Besipae. “Itu tidak boleh!” tandasnya.
Ketua Araksi NTT itu pun lanjut mengingatkan Ketua DPR NTT, Emi Nomleni, bahwa dalam situasi demikian, Ketua DPRD NTT seharusnya lebih merepresentasi masyarakat TTS untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat Besipae, mengkritisi pemerintah dan tidak boleh mengikuti saja apa yang dilakukan Pemprov NTT terkait Besipae.
“Ketua DPR seharusnya jalankan fungsi kontrol terhadap pemerintah (Gubernur VBL, red). Kalau diam, maka untuk apa duduk di DPR? ”
Menurut Alfred Baun, kehadiran Gubernur, Bupati, DPR, atau kehadiran Negara seyogianya untuk membuat rakyat menjadi baik. “Kalau hanya hadir untuk membuat susah masyarakat, untuk menggolkan satu program, maka program itu untuk apa? Masa, Gubernur dengan dana Provinsi hanya mampu bangun 37 (Tiga Puluh Tujuh) unit rumah dengan ukuran 4×5 saja,” kritiknya lagi. Seperti disaksikan team media ini tampak balasan nyunit rumah darurat yang di bangun oleh Pemprov NTT rumah berukuran 4×5 tersebut tidak memiliki daun jendela tak ada pembagian kamar tidur tanpa pondasi dan berlatai tanah, daun pintunya terbuat dari 1 lebar seng tinggi nya sekitar 2 meter .Rumah berbentuk 2 air itu di atap dengan 20 lembar Rumah’tersebut di bangun di atas lahan 800m Tampa anak anak besipae bermain di sekitar penerangan rumah pakaiyan dan tubuhnya tampak ber debug tidak ada fasilitas air bersih dan tidak mempunyai mck sepaeti pemprov NTT menggusur puluhan rumah di besipae untuk di jadikan tenam kelor dan pakan ternak bahkan gubernur NTT di sambut oleh mama mama bertelanjang dada.
Namun pantawan media ini di lokasi besipae tak ada kelor yg tumbuh dan tak ada pakan ternak yang tumbuh di lokasi tersebut (rjb.tim)